Selasa, 18 Oktober 2011

Bukan Hukuman, Hanya Satu Isyarat Agar Kita Kembali Berbenah

Setiap saat kita selalu berhadapan dengan bencana dan malapetaka. Sebagai orang beriman, tentu kita yakin bahwa ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Musibah yang datang bertubi-tubi tidak mungkin hanya datang akibat perubahan alam semata.


Ada kekuatan Maha Dahsyat yang mengatur datangnya berbagai musibah ini agar kita kembali merenung dan instropeksi diri lalu insaf akan dahsyatnya kekuatan-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua yang ditetapkan-Nya.

Alloh menciptakan tanda-tanda apa saja yang dikehendaki-Nya dan menetapkannya untuk menakut-nakuti hamba-Nya. Mengingatkan hamba-Nya agar menjauhi perbuatan syirik. Alloh menegur kita agar tidak suka melanggar perintah-Nya. Alloh menepuk kita agar menjauhi perbuatan yang dilarang-Nya.

“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” Firman Alloh dalam QS. Al Israa’ : 59.

"inna lillahi wa inna ilaihi raji’un" sebuah ungkapan jiwa yang sekaligus obat paling mujarab dan paling  bermanfaat bagi orang yang tertimpa musibah, baik didunia maupun diakhiratnya. Sebuah kalimat yang mengandung dua prinsip agung, jika seseorang hamba benar-benar memahami kedua prinsip itu, ia akan terhibur dari musibah yang menimpanya.

Pertama, bahwa seorang hamba beserta keluarga berikut semua hartanya adalah milik Alloh. Milik Alloh itu jelas diserahkan kepada hamba sebagai pinjaman, maka jika Alloh mengambil kembali pinjaman itu darinya, kedudukannya seperti pemberi pinjaman yang mengambil barang yang dipinjam.

Kedua, tempat kembali seorang hamba adalah Alloh, tuannya yang sejati. Kita semua pasti meninggalkan dunia dan akan menghadap Rabb seorang diri, sebagaimana ketika pertama kali kita  diciptakan-Nya, tanpa ditemani keluarga, harta dan kerabat. Kita hanya ditemani oleh amal kebajikan dan amal kejahatan.

Demikianlah asal muasal kita selaku hamba. Bagaimana kita hidup lalu mengakhiri hidup, bagaimana kita yang kadang bergembira dengan sesuatu yang kita peroleh, lalu terkadang pula berduka atas segala sesuatu yang tiada.

Hanya dengan berpikir tentang asal muasal dan akhir kehidupan inilah yang merupakan terapi paling mujarab dalam meredam setiap musibah yang menimpa.

Hendaknya kita benar-benar memahami bahwa apapun yang ditakdirkan menimpa diri ini, tidak mungkin untuk dihindari, sebaliknya apapun yang telah ditakdirkan terluput dari diri kita, tidak mungkin akan menimpa.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tiada pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Firman Alloh dalam QS Al Hadid : 22-23
                                                     
                                                    ***************
Catatan :
Foto peristiwa,  Foto 1. Puing-puing sisa kebakaran saat kerusuhan Ambon, September 2011    
                       Foto 2. Puing sisa kebakaran yang menimpa 200 jiwa warga Barayya-
                                  Bontoala-Makasaar, 18 Oktober 2011 
                                                ====================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar